Ada
seorang tukang batu yang menginginkan menjadi makhluk yang paling kuat.
Pekerjaan sehari-harinya adalah memecah gunung batu, diambil batunya
sedikit demi sedikit, dijualnya untuk mendapatkan imbalan demi
menyambung hidupnya. Di saat bekerja memecah batu ini, si tukang batu
seringkali mengalami kepanasan oleh terik matahari.
Maka
dia berpikir, “Wah, seandainya aku jadi matahari, maka tak ada lagi
yang bisa mengalahkan aku.” Maka dia berdoa agar dirinya berubah menjadi
matahari. Permintaannya terkabul. Jadilah dia matahari. Merasa dirinya
paling kuat. Tapi ternyata cuma sementara. Datanglah awan menutupi
sinarnya. Si Matahari alias tukang batu berpikir, “kalo begitu, menjadi
awan lebih kuat. Matahari saja bisa kalah.” Maka berdoalah dia agar
berubah menjadi awan. Permohonannya terkabul lagi.
Setelah
menjadi awan, dia puas bisa mengalahkan matahari, bisa menurunkan
hujan, mendatangkan banjir. Tapi itu pun cuma sebentar, bertiuplah
angin. Awan menjadi kocar-kacir. Mendung hilang, dan si awan alias si
Tukang Batu itu merasa kok dirinya dengan gampangnya dihembus oleh
angin. Maka dia berpikir, “berarti anginlah yang paling kuat.”. Maka
berdoalah sekali lagi si tukang batu itu, meminta agar dijadikan angin.
Permohonannya terkabul. Maka setelah menjadi angin, mengacaulah dia.
Merasa dirinya paling kuat, semua benda ditiupnya. Porak poranda,
berantakan, tak ada yang kuat menghalangi kekuatannya.
Kecuali
Gunung Batu, dia tiup sampai megap-megap sekuat tenaga tak bergeser
sedikitpun :pusing: . Sampai kehabisan nafas, tetep tak bergerak si
gunung itu. Sehingga kesimpulan si angin alias tukang batu berubah.
“Gunung Batulah makhluk paling kuat”. Maka untuk kesekian kalinya,
permintaannya dikabulkan, yakni menjadi gunung batu.
Baru
sehari menjadi Gunung Batu, paginya dia merasa kesakitan karena dirinya
dipukuli dan dimartil bertubi-tubi oleh makhluk yang namanya manusia
yang profesinya sebagai “Tukang Batu”. Secuil demi secuil tubuhnya
digerogoti terus. Maka sadarlah si Gunung Batu, bahwa sebenarnya mahkluk
yang paling kuat adalah Tukang Batu, makhluk yang dulu pernah dia
anggap paling lemah.
Manusia
mampu membuat kerusakan besar terhadap alam semesta, namun sekaligus
bisa juga membuat kemakmuran di alam semesta ini. Gunung yang meletus
gak akan bisa melobangi langit. Tapi manusia yang goblok bisa melobangi
ozon sehingga menganga lebar.
Gunung
meletus, gelombang tsunami, meskipun dahsyat, kerusakannya tak akan
sebanding dengan bom nuklir bikinan manusia. Gunung meletus bisa bikin
tanah subur. Kalo bom nuklir, efek radioaktifnya belum tentu seratus
tahun bisa kelar. Kitabullah juga mengisyaratkan bahwa, “kerusakan di
darat dan di laut yang ada ini, semuanya merupakan buah perbuatan
tangan-tangan manusia” (Lihat Surat ke 30 Ruum ayat 41).
Tak
terkecuali yang sekarang terjadi di Porong. Jika ini merupakan buah
dari perilaku dholim manusia, maka Kitabullah sudah mengingatkan
:”Katakanlah (hai Muhammad), Dia (Allah) mampu mengirim siksa kepada
kalian dari arah atas kalian, atau dari bawah kaki-kaki kalian(Surat
ke-6 AL An’am ayat 65)
Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com/2011/06/secuil-kisah-si-tukang-batu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar